Pulau Bali dikenal sebagai daerah pariwisata, baik oleh masyarakat domestik  maupun luar negeri. Banyak sekali para wisatawan asing yang datang ke Bali untuk berpariwisata menikmati kenyamanan dan keindahan alam Pulau Bali. Selain wisatawan asing yang berasal dari Australia, Eropa, Amerika, Rusia, Taiwan dan Jepang, juga banyak wisatawan muslim yang datang ke Bali terutama dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan lain-lain.

Agama Islam masuk di Indonesia tidak terlepas dari proses masuknya Islam di Kepulauan Nusantara. Peng-Islam-an besar-besaran dimulai abad XII M. Kemudian pada abad XIV s.d XVI Masehi Islam tersebar di seluruh wilayah Nusantara termasuk Bali.
  
Penyebaran Islam Bali terjadi di beberapa daerah diantaranya:

A. DI KLUNGKUNG

Beberapa Informasi dari sumber lokal yang dapat dipercaya dan tulisan-tulisan dari penulis asing menyatakan bahwa agama Islam masuk di pulau Bali pada abad ke XVI Masehi yaitu pada waktu kerajaan Bali perpusat di Gelgel (Kabupaten Klungkung) di bawah pemerintahan Dhalem Watu Renggong. 

Raja Watu Renggong menjadi raja pada waktu 1460 s.d 1550 Masehi. Beliau adalah putra Dhalem Ngelesir. Pada saat pemerintahan Dhalem Ngelesir, terjadi peristiwa penting dalam Kerajaan Gelgel yaitu Raja Bali tersebut pernah mengadakan kunjungan ke Kraton Majapahit pada waktu Pemerintahan Hayam Wuruk.

Setelah pertemuan agung raja-raja Nusantara, Dhalem Ngelesir pulang ke Bali ditemani 40 pengiring yang memeluk agama Islam. Dari sinilah agama Islam masuk di wilayah Klungkung.

B. DI KARANGASEM

Kepulangan Dhalem Ngelesir ke Bali, setelah menghadiri pertemuan agung di Majapahit yang disertai oleh 40 pengiring yang telah masuk Islam menjadi cikal bakal tumbuh dan berkembangnya agama Islam di Bali.

Namun setelah beberapa lama terdapat dua orang dari 40 orang pengiring tersebut yaitu Raden Modin dan Kyai Jalil pergi meninggalkan Gelgel menuju ke Timur. Perjalanan mereka sampai di wilayah Banjar Lebah dan Raden Modin memutuskan untuk menetap di wilayah tersebut sementara Kyai Jalil melanjutkan perjalanannya menuju terus ke Timur.

Perjalanan Kyai Jalil hingga sampai di perbukitan Kemutuk. Beliau bertemu dengan sejumlah penduduk dari Desa Saren yang lari ketakutan untuk menyelamatkan diri dari amukan seekor banteng buas yang sedang mengamuk di desanya.

Setelah bertemu Kyai Jalil, para penduduk itu memohon pertolongan agar membunuh banteng yang ganas itu, kemudian Kyai Jalil atas pertolongan Allah dapat membunuh banteng buas itu.

Akhirnya Kyai Jalil menetap di Desa Saren Jawa Kabupaten Karangasem untuk menyebarkan agama Islam di sekitar desa tersebut hingga akhir hayatnya dan beliau dimakamkan di sana.

C. DI JEMBRANA

Beberapa informasi dari sumber lokal dan tulisan-tulisan milik Datuk Haji Sirod di Kampung Campaka Loloan Barat menyatakan bahwa kedatangan orang-orang Bugis atau Makasar yang pertama datang tahun 1653 - 1655 Masehi.

Kedua pada tahun 1660 - 1661 Masehi yaitu pada waktu terjadinya peperangan antara kerajaan Makasar dengan Kompeni Belanda (VOC). Kemudian diketahui ada beberapa orang Bugis dari keturunan Raja Baja Makasar dapat melarikan diri  dari kejaran kompeni Belanda (VOC) yang berjumlah empat perahu menuju ke Teluk Panggang Blambangan Jawa Timur, mereka berhasil mendarat dengan selamat.


Daeng Nahkoda pimpinan mereka tak lama kemudian hatinya tertarik untuk berhijrah ke Bali lalu berlayar menuju pulau Bali dan mendarat di Air Kuning dan terus memasuki Kuala Prancak, sementara mereka menetap di suatu tempat yang mereka namakan kampung Bajo, termasuk Kabupaten Jembrana.


Orang-orang bugis tersebut pertama melakukan perdagangan tukar-menukar barang terutama kain tenun Bugis yang sangat indah dan bagus mutunya. Dari sinilah mereka memperkenalkan Islam di tengah masyarakat. Mereka juga berhasil mengadakan hubungan persahabatan dengan pejabat pemerintah dan mengadakan pendekatan dengan keluarga kerajaan, sehingga terjalin tali persaudaraan yang erat terlebih setelah salah satu keluarga kerajaan ada yang masuk Islam.


Pada waktu kerajaan di bawah pemerintahan Raja I Gusti Ngurah Pancoran banyak terjadi proses Islamisasi oleh orang-orang Bugis. Jadi orang-orang Bugislah yang telah menumbuhkan dan mengembangkan agama Islam di Jembrana Bali.


Penyebaran agama Islam di Bali juga tak luput dari jasa para penyebar agama. Bila di Jawa terkenal dengan Wali 9 (songo), di Bali ada Wali 7 (pitu). Berikut ini adalah nama-nama Wali Pitu yang berada di Bali:

1. Pangeran Mas Sepuh / Syeh Achmad Chamdun Choirussholeh / Raden Amangkurat. Makamnya di Desa Munggu Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Dikenal dengan "Makam Keramat Seseh".
2. Chabib Umar Bin Maulana Yusuf Al Maghribi. Makamnya di atas bukit Bedugul Kabupaten Tabanan. Dikenal dengan "Makam Keramat Bedugul".
3. Chabib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid. Makamnya di Kampung Islam Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Dikenal dengan "Makam Keramat Kusamba".
4. Syeh Maulana Yusuf Albaghdi Al Maghribi. Makamnya di Desa Bungaya Kangin kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem. Dikenal dengan nama "Makam Keramat Kembar".

5. Chabib Ali Bin Zainul Abidin Al Idrus. Makamnya di Desa Bungaya Kangin Kecamatan Bebandem Kabupaten Klungkungan. Dikenal dengan nama "Makam Keramat Kembar".

6. The Kwan Lie, bergelar: Syeh Abdul Qodir Muhammad. Makamnya di Desa Temukus Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Dikenal dengan nama "Makam Keramat Karang Rupit".

7. Chabib Ali Bin Umar Bin Abu Bakar Bafaqih. Makamnya di Jalan Loloan Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana. Dikenal dengan nama "Makam Keramat Loloan". 

Sumber : http://skocikita.blogspot.com/